KAMU masih duduk di bangku SMA? SMK? MA? Atau
sekolah menengah atas sederajat lainnya dan tertarik untuk terjun ke
dunia jurnalistik praktis alias jadi wartawan? Susah-susah gampang sih
untuk jadi wartawan. Bisa jadi sangat sulit, bisa jadi gampang banget.
Semua bergantung dari kemauan dan kesiapan setiap orang.
Kalau sudah mau dan siap, tapi masih bingung mulainya. Berikut ini
diulas cara menjadi wartawan pemula. Meskipun sebenarnya sudah banyak
buku bacaan di toko-toko buku dan di blog-blog lainnya yang mengupas
tuntas bagaimana sih menjadi wartawan. Tulisan ini dipublikasi untuk
melengkapi dan menambah wawasan karena ditulis berdasarkan pengalaman
pribadi.
Yuk simak satu per satu…
1. Siapkan Mental
Untuk setiap profesi sebenarnya dibutuhkan mental yang tangguh.
Karena seseorang yang terjun pada profesi tertentu sudah melalui masa
sekolah, kuliah, atau belajar mendalami bidang profesi tersebut.
Sementara apa yang dipelajari di sekolah dan bangku kuliah itu biasanya
masih dalam tataran teori yang pada kenyataannya sangat jauh dari
praktik sehari-hari. Secara ilmu mungkin akan sama untuk teori dan
praktik bahwa dalam menulis judul berita yang paling baik harus terdiri
dari lima kata saja. Tetapi untuk hal-hal lain seperti dimarahi karena
narasumber tidak menyukai pertanyaan kita, ditegur oleh sesama rekan
wartawan di lapangan karena pertanyaan kita dianggap tidak penting, atau
dimarahi editor karena tulisan dan pertanyaan kita kurang mendalam, itu
tidak dipelajari di kampus. Untuk itu mental menghadapi situasi-situasi
seperti itu sangat diperlukan.
2. Jangan Takut Salah
Meskipun ada yang mendelik sebal karena pertanyaan kita dianggap
terlalu datar dan biasa, jangan diambil pusing. Tetap fokus saja pada
isu yang ditanyakan dan jangan takut salah. Yakin deh, banyak wartawan
di sekitar kamu yang pengetahuannya setali tiga uang atau bahkan lebih
dangkal dibanding kamu. Tujuan kamu bertemu dan wawancara dengan
narasumber adalah bertanya. Jadi tanya saja sebanyak mungkin untuk bisa
memperoleh isu dan materi untuk menulis berita yang lebih banyak.
3. Banyak Baca
Nah, ini cara supaya tidak diamuk editor, dimarahi narasumber, atau
dianggap remeh sama teman seprofesi di lapangan: banyak baca! Poin
ketiga ini adalah hal wajib yang juga harus kamu lakukan karena membaca
adalah modal untuk bertanya dengan narasumber maupun berdiskusi dengan
editor untuk pemilihan angle berita. Dan tidak ada wartawan yang andal
menulis jika tidak diimbangi dengan banyak membaca. Semakin banyak baca
akan semakin kaya tulisan dan pemikiran kita. Dijamin, kamu akan jadi
wartawan yang bisa mendapat kepercayaan dari narasumber dan jadi
kesayangan editor.
4. Membiasakan Menulis
Wartawan seharusnya melewati proses seleksi melalui kemampuan
menulis, bukan melalui serangkaian tes lain apalagi tes psikologi.
Bahkan media sekelas The New York Times saja tidak pernah menggunakan
tes psikologi dalam rekrutmen jurnalis baru di media tersebut. Karena
pekerjaan utama wartawan adalah menulis, maka kemampuan menulis adalah
sesuatu yang tidak bisa ditawar. Kalau sekadar menulis, semua orang
bisa. Tetapi apakah tulisan kamu enak dibaca atau tidak, itu yang harus
dibuktikan. Media-media sekarang juga banyak yang sudah menempati urutan
tertentu Alexa (untuk media online) tetapi masih saja tidak enak
dibaca.
5. Jangan Fokus pada Satu Bidang
JENUH! Hal itu akan dialami oleh hampir semua orang yang bekerja,
termasuk mereka yang berprofesi sebagai wartawan. Untuk membunuh
kejenuhan, setiap orang memang memiliki cara sendiri mengatasinya.
Tetapi sebisa mungkin, kamu jangan hanya fokus untuk mendalami satu
bidang tertentu saja. Ada baiknya kamu mempelajari bidang lain sebagai
penyegaran. Mungkin satu atau dua tahun di desk liputan tertentu, kamu
bisa berpindah ke desk liputan lainnya. Tentu saja hal ini sangat
bergantung dengan kebijakan di redaksi tempat kita bekerja. Hal ini juga
penting untuk menjaga jarak dengan sumber berita atau narasumber, untuk
menjaga independensi sebagai wartawan. Ini bukan keharusan, hanya
pilihan.
6. Harus Tahu Etika Profesi
Wartawan atau pekerja media tidak selalu memiliki latar belakang
kuliah di jurusan jurnalistik atau komunikasi. Hal ini tentu sah-sah
saja, meskipun hal ini selanjutnya menjadi masalah tersendiri bagi
mereka yang memiliki latar belakang keilmuan jurnalistik karena menambah
saingan di dunia kerja. Bagi mereka yang mengambil jurusan ilmu
jurnalistik atau komunikasi, mereka pasti sudah mempelajari etika
jurnalistik. Bagi yang kuliah di jurusan lain, membaca etika jurnalistik
sangat diperlukan. Bukan hanya dibaca tetapi juga diimplementasikan.
Karena standar etika itu adalah tempat kita berpijak menjalankan profesi
ini.
Bagaimana? Sudah siap menjadi wartawan? Kalau begitu, sampai ketemu di lapangan!