5 Isu Paling Populer Tentang Penjualan Gunung Ceremai - Dalam beberapa hari terakhir muncul isu penjualan Gunung Cermai, Jawa Barat.
Isu yang tak jelas kebenarannya itu berembus kencang jika gunung yang
terletak di Kuningan tersebut dijual Rp 60 triliun kepada Chevron,
perusahaan asal Amerika Serikat.
Isu itu ramai dibicarakan di media sosial, Twitter, Facebook, forum-forum dan Isu ini juga menyebar luas lewat broadcast BBM.
Mereka khawatir eksploitasi Gunung Cermai
akan mencemari lingkungan. Salah satunya akan keluar campuran beberapa
gas, di antaranya karbon dioksida (C02), hidrogen sulfida(H2S), metana
(CH4), dan amonia (NH3).Selain itu, eksploitasi juga akan menyebabkan
merusak stabilitas tanah dan pasokan air menjadi berkurang.
Berikut 5 Isu Paling Populer Tentang Penjualan Gunung Ceremai :
1. Isu sudah muncul sejak tahun 2004
Isu penjualan Gunung Ceremai di Jawa Barat
merebak di media sosial beberapa hari ini. Dari isu yang tak jelas
kebenarannya itu berembus kencang jika gunung yang terletak di Kuningan
tersebut dijual Rp 60 triliun kepada Chevron, perusahaan asal Amerika
Serikat.
Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa muncul isu Gunung Ceremai
bakal dijual ke asing dengan nilai fantastis? Menurut aktivis Gerakan
Massa Pejuang untuk Rakyat (Gempur) Kuningan, Okky Satrio Djati, isu itu
muncul tak lepas dari rencana eksploitasi tenaga panas bumi di Gunung Ceremai.
Gempur adalah sarana komunikasi warga Kuningan yang terdiri dari
masyarakat adat, kepala desa, mahasiswa, pemuda untuk menolak
eksploitasi panas bumi di Gunung Ceremai.
Menurut Okky, kabar bahwa panas bumi di Gunung Ceremai akan
dieksploitasi asing sudah muncul sejak 2004. Ketika itu, muncul surat
keputusan menteri kehutanan tentang keberadaan Taman Nasional Gunung Ciremai.
Saat itu SK keluar pada era menteri Kaban yang menggantikan menteri M
Prakosa. Menurut Okky, warga curiga mengapa ada taman nasional mengingat
dari hasil studi perguruan tinggi setempat konservasi di Gunung Ceremai berbasis masyarakat.
"Masyarakat menganggap ini penuh manipulasi. Masyarakat menilai tidak perlu ada taman nasional di Gunung Ceremai," ujar Okky kepada merdeka.com, Senin (3/3).
Kemudian waktu
berlanjut, pada 2006 warga masyarakat mendengar pertemuan di Bali muncul
usulan dari Pemda Jabar ada tujuh wilayah yang bisa diupayakan untuk
energi panas bumi. Tujuh wilayah itu terbentang dari Ceremai, Kuningan,
Ciamis, hingga Pangandaran. "Meliputi 3 kabupaten," ujar Okky.
Okky
menambahkan, masyarakat juga santer mendengar tender pemanfaatan panas
bumi sudah dilakukan dengan hanya dua peserta yaitu perusahaan asal
Turki, Hitay dan Jasa Daya Chevron. "Ini kan janggal, untuk nilai triliunan, hanya ada dua peserta," ujar Okky.
Menurut Okky,
rencana eksploitasi panas bumi di Ceremai itu jarang disosialisasikan
oleh pemerintah kabupaten. "Hanya ada dua kali sosialisasi yaitu pada
Desember 2012 di desa Ragawacana dan desa Cisantana. Itu pun warga
menolak," ujarnya.
2. Masyarakat tolak eksploitasi panas bumi Ceremai
Warga di kaki dan lereng Gunung Ceremai,
Kuningan, tidak rela jika ada eksploitasi tenaga pantas bumi di wilayah
mereka. Bentuk ketidakrelaan itu adalah kampanye menolak penjualan Gunung Ceremai untuk dieksploitasi perusahaan asing.
Aktivis Gerakan
Massa Pejuang untuk Rakyat (Gempur) Kuningan, Okky Satrio Djati
menuturkan, beberapa hari terakhir mahasiswa di Kuningan dan Cirebon
gencar berkampanye membantu masyarakat menolak eksploitasi panas bumi di
Ceremai.
"Kami akan turun dengan massa ribuan sebentar lagi," ujar Okky kepada merdeka.com, Senin (3/3).
Menurut dia,
wajar warga menolak karena keberadaan mereka di tanah leluhur terancam.
Apalagi mereka mendengar ada 9 kecamatan yang masuk dalam proyek panas
bumi. Rencana eksploitasi panas bumi juga sudah disosialisasikan
pemerintah kabupaten setempat.
Okky
menuturkan, beberapa kelompok warga berinisiatif mengundang geolog
independen Rusman Batubara. Dari penuturan geolog tersebut, pemanfaatan
geothermal tidak butuh sampai 9 kecamatan.
Sejak isu pemanfaatan geothermal itu mereka jadi sensitif. "Kalau Anda ke Kuningan bawa mobil mewah pelat B, pasti akan dicurigai masyarakat. Apalagi misalnya Anda melihat-lihat tanah kosong," ujar Okky.
Sesama warga
juga muncul kecurigaan. Jika ada yang ingin menjual tanah, didatangi
warga lain diminta untuk tidak dijual karena takut dimanfaatkan dalam
proyek pemanfaatan panas bumi.
Warga, cerita Okky, makin heran dengan munculnya populasi beruk di wilayah mereka yang berdekatan dengan Taman Nasional Gunung Cermai.
"Warga tahu
kalau ada kera turun. Tetapi ini yang datang beruk. Selama ratusan tahun
tidak ada beruk seperti ini. Mereka seperti ingin mengusir warga,"
tukasnya.
3. Taman nasional yang penuh manipulasi
Ketika muncul surat keputusan menteri kehutanan tentang keberadaan Taman Nasional Gunung Ceremai.
Saat itu SK keluar pada era menteri Kaban yang menggantikan menteri M
Prakosa. Menurut Okky, warga curiga mengapa ada taman nasional mengingat
dari hasil studi perguruan tinggi setempat konservasi di Gunung Ceremai berbasis masyarakat.
"Masyarakat menganggap ini penuh manipulasi. Masyarakat menilai tidak perlu ada taman nasional di Gunung Ceremai," ujar Okky kepada merdeka.com, Senin (3/3).
Sementara itu, Taman Nasional Gunung Ceremai (TNGC) selaku pengelola membantah adanya eksploitasi Gunung Ceremai, Kuningan Jawa Barat kepada pihak asing.
"Kami tidak tahu itu (penjualan Gunung Ceremai), itu berita dari mana, tidak ada," kata Kepala TNGC, Dulhadi, saat dikonfirmasi, Senin (3/3).
Sejauh ini Ceremai masih dikelola TNGC di bawah pengawasan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Seperti yang disebut-sebut bahwa Ceremai akan dieksplotasi tenaga panas
buminya, dia justru mempertanyakan dari mana kabar tersebut beredar.
"Tidak benar, pemanfaatan geothermal itu bahkan belum ada prosesnya sama sekali," tegasnya.
Dia mengaku
baru hari ini mengetahui isu tersebut. "Saya tadi lihat saja di media
dan banyak yang konfirmasi, tapi itu tidak benar," ujarnya.
Ceremai sendiri
saat ini sudah berubah status dari hutan lindung menjadi kawasan taman
nasional. Keputusan tersebut melalui penunjukan yang dilakukan SK Menhut
RI nomor 424/Menhut-II/2004, sejak 19 Oktober lalu.
4. Ada muatan politis?
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) menyebut ada muatan politis di balik isu penjualan Gunung Ceremai, Kuningan, Jawa Barat. Sebab, isu yang bergulir sejak lama itu kembali muncul di tengah upayanya untuk menjadi Capres dari PKS .
"Iya, isu lama,
karena mungkin ada Capres (Calon Presiden) kelihatannya," jawab pria
yang akrab disapa, Aher sembari tersenyum, di Bandung, Senin (3/3).
Namun
menurutnya itu tidak terlalu menjadi penting, karena yang harus
diutamakan ketika isu tersebut dengan cepat menyebar, akan membuat
masyarakat resah.
Kembali ditegaskan, kata dia, jual beli gunung itu tidak dimungkinkan.
"Mana ada Undang-undang membolehkan jual gunung. Itukan milik negara dan tidak boleh diperjualbelikan," tandasnya.
Pasangan dari
Wagub Deddy Mizwar itu meminta agar kepolisian bisa mengusut isu yang
tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. "Itu hoax dan berita
bohong, masyarakat dibuat resah karena berita bohong," ujarnya.
"Kita harus
ambil langkah 'lah, itu sangat jahat dan keji harus ditindak. Kepolisian
siap, Undang-undang ITE ada. Yang jelas tanpa harus menjelaskan detil
itu bohong. Betul-betul itu orang iseng, isu tidak bertanggung jawab,"
jelasnya berang.
5. Aher pastikan Ceremai tak dibeli Chevron
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) menepis isu Gunung Ceremai di Jawa Barat telah dijual pada PT Chevron senilai Rp 60 triliun.
Lewat akun twitter, Aher, panggilan akrabnya menegaskan kawasan Taman Nasional tak bisa diekspolitasi.
"Tidak boleh ada pemanfaatan kawasan hutan Taman Nasional Gunung Ceremai selain untuk sektor Kehutanan, apalagi dijual," tulis Aher, Senin (3/3).
Menurut Aher hal itu sesuai dengan SK Menhut 424/2004, tentang penetapan kawasan hutan Gunung Ceremai sebagai Taman Nasional.
"SK tersebut
bukan untuk membuka perusahaan asing masuk, justru untuk melindungi
Ceremai sebagai Taman Nasional. Yang mungkin dimanfaatkan adalah
kekayaan Geothermal yang ada diluar Taman Nasional," kata politikus PKS
ini.
Menurut Aher, seluruh potensi Geothermal itu ada di luar kawasan Taman Nasional Gunung Ceremai.
"Geothermal
adalah sumber Energi Listrik yang paling ramah lingkungan, energi
terbarukan dan sangat diperlukan untuk kehidupan. Mengoptimalkan
Geothermal akan mengurangi ketergantungan kita pada Energi fosil yang
tidak terbarukan dan tidak ramah lingkungan," jelasnya.
Geothermal menuntut kondisi hutan yang terpelihara dengan baik, karena sangat tergantung pada suplai air.
"Geothermal sama sekali tidak mengeluarkan gas beracun seperti yang diisukan," tegas dia.
Menurut Aher Geothermal bukan barang baru di Jawa Barat. Jawa Barat adalah penghasil Geothermal terbesar di Indonesia
"Geothermal yg
selama ini sudah berjalan adalah di Gn Salak, Wayang Windu, Kawah
Darajat, Kawah Kamojang, Karaha Bodas Patuha dan yang sedang proses di
Tangkuban Parahu, Tampomas Sumedang dan Cisolok Sukabumi," jelasnya.
Artikel Terbaru Kali ini semoga bermanfaat dan bisa menambah wawasan anda. Dan jangan lupa menekan Tombol Share Facebook/Twitter/G+ untuk memberi tahu teman-teman anda yang lain agar kita bisa "BERBAGI KEBAIKAN LEWAT INTERNET..." melalui blog PRASBHARA.COM.